16/09/12

Kepada Kau yang Menjadi Alasanku Menangis


Hai, bagaimana kabarmu?

Aku masih sama seperti sebelumnya, mengingatmu dan menangis karenamu. Bisakah kau membantuku sejenak saja pergi dari pikiranku. Sejenak saja, biarkan aku bernafas tanpa memikirkanmu. Agar aku terbiasa tidak mengingatmu lagi. Karena hari-hari berikutnya, aku harus terus menjalani kepalsuan duniawi ini tanpa kehadiranmu. Apa kau tahu, sekalipun aku mencoba mengubur kenangan kita. Menutup akses untuk mengetahui semua hal tentangmu, aku masih tetap mengingatmu. Entahlah, ini penyakit jenis apa. Namun jika aku boleh meminta agar semuanya ini terlepas dari diriku.
Dan lagi, seketika aku menangis...

Iya, mungkin karena kecenderunganku adalah sosok yang lemah, sekalipun kau menganggapku wanita kuat. Itu karena aku tidak pernah menunjukan serapuh apa pertahananku ketika aku harus menghadapimu. Aku kira dengan melupakanmu, aku akan berhenti meneteskan air mata. Namun aku salah, semakin aku mencoba melupakanmu, semakin aku terjebak dalam kerisauan melangkahkan kaki. Aku hanya bisa terdiam, tidak berani melangkahkan kakiku sendiri tanpa kau disampingku. Justru aku masih sering menengok kebelakang, dan melihatmu masih ditempat yang sama. Dan masih dengan senyuman itu, senyuman yang tidak asing bagiku. Ternyata aku tidak mampu membohongi diriku sendiri, aku semakin terluka melihatmu bahagia bukan karenaku. Tapi aku tidak boleh egois. Itu hakmu untuk bahagia. Itu pilihanmu untuk tersenyum bukan karenaku.
Kini, semua tinggal sepenggal kisah lalu. Hanya untuk dikenang, dalam hampanya kehidupan baru. Dulu, terlalu banyak tetes air mata yang telah kau sepelekan. Sebenarnya aku tidak pernah meminta mataku ini meneteskan butiran butiran air. Namun hatiku tidak mampu menahannya sendirian, hatiku meminta mata ini untuk berbagi rasa, berbagi kesakitan, dan juga berbagi semua hal yang sebenarnya ingin ku ungkapkan padamu. 

Kepada kau yang menjadi alasanku menangis...

Aku tidak akan menjadi sosok yang pernah kau kenal dulu. Aku akan menjadi sosok baru. Dengan waktu yang senantiasa mendampingiku. Waktu yang setia menghapus sedikit demi sedikit memoriku yang terisi olehmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar