06/09/12

B.J Habibie untuk Ainun Habibie

sudah sejak lama saya mengagumi beliau, saya pernah datang ke toko buku untuk membaca kisah cinta mereka. dan dalam waktu singkat saya meneteskan air mata. dan saya menemukan sepenggal untaian kesetiaan dari suami untuk istrinya.

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan
bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.
“Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.”
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku..

jika mendua merupakan kecenderungan bagi kaum mu Adam, Kaum kami (Hawa) akan selalu berusaha menjadikan sosokmu menjadi setia. memang butuk kesabaran untuk melakukannya. namun kami bersyukur, kami dikaruniai kesabaran yang tidak dapat diibaratkan. dengan begitu, kami akan selalu saber mendampingimu dalam keadaan apapun. jika kami sudah mengerahkan kesabaran kita, kami mohon lihatlah tidak ada sedikitpun ego yang masih tersimpan. kami hanya tidak ingin melihatmu terluka. karena lebih baik kami yang terluka dalam tangisan hati.
cintai dia dalam kesederhanaan. hargai dia dengan begitu dia akan menyunggingkan senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar