29/10/12

Everything Is Change

"terimakasih ya." ucap wanita itu.
"untuk ?" balas laki-laki disebelahnya.
"untuk kehidupanku yang berwarna ketika bersamamu." jawab wanita itu singkat.
"aku tidak pernah memberimu apa-apa, maafkan aku." balas laki-laki itu lagi.
"mungkin buatmu begitu, tapi tidakkah kau tahu selama ini kau telah menjadi oksigenku." ucap wanita itu seraya mengusap air matanya.
"maafkan aku Bella." balas laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan wanita itu tertunduk diam.

hari-hari Bella kini tidak seperti biasanya, ketika dua minggu lalu dia harus menerima kenyataan bahwa harus berpisah dengan seseorang yang dia sayangi. dia menerima keputusan dari Bima ketika Bima memutuskannya tanpa sebab. Bella mengerti Bima mungkin sudah bosan menyayangi wanita sepertinya, sehingga Bima memilih untuk meninggalkannya. hari-hari Bella semakin berat, karena bagi Bella oksigen yang selama ini dia hirup, sudah tidak bersamanya lagi.

"Minum bell ?" Pinta Dimas membangunkan lamunan Bella.
"Dimas, kok ada disini ?" tanya Bella keget mendapati sahabatnya itu berada di kampusnya.
"Ada berapa panggilan tidak terjawab dariku ?" tanya Dimas seraya meletakkan minuman dingin dalam botol itu tepat di depan Bella.
"Maaf yaa. " Bella menyesal setelah melihat layar ponselnya dan mendapati lima panggilan tidak terjawab dari Dimas.
"Nevermind." Balas Dimas singkat sambil mengacak-ngacak rambut sahabatnya itu.
"Jangan kebanyakan bengong Bell, apalagi siang-siang gini." Tambahnya.
"Iya, lagi mikir hasil ujianku barusan." Jawab Bella.
"Bohong." Balas Dimas seolah tahu bahwa sahabatnya sedang berbohong.
"Aku harus gimana, biar kamu bisa lupa sama Bima." Tambah Dimas seolah mengerti apa yang sedang ada dipikiran Bella.
"..." Bella hanya terdiam.
"Jawab Bell." Dimas mencoba menegaskan maksudnya.
"Pergi yuk dim, aku pengen jalan-jalan." Bella mengalihkan pembicaraan.
"Bell." Tanya Dimas sekali lagi.
"Yuk." Ajak Bella lagi.

Dan tujuan mereka adalah salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Bella ingin melepas penat dengan memainkan beberapa game di Time Zone. Dengan lincahnya bak anak SD, Bella melopat-lompat dari kanan ke kiri mencoba memenangkan adu dance. dan tidak lama kemudian lelahpun menghampirinya.

"Nih..." Dimas menyodorkan air mineral pada Bella yang terlihat begitu lelah.
"Makasih." Bella meraih air mineral itu kemudian meneguknya sedikit demi sedikit.
"Capek ?" Tanya Dimas.
"Dikit. kamu mustinya ikutan Dim, masa cuman jadi penonton doang." Balas Bella.
"pulang yuk." Pinta Dimas.
"Ntarlah, nanggung masih jam segini" Balas Bella sambil melirik jam ditangannya.
"ayo" Ajak dimas lagi seraya menarik tangan Bella agar segera bangkit.

Bella memutuskan untuk mengikuti kemauan Dimas untuk pulang. Sesampainya di parkiran Bella mendapati pemandangan yang membuat jantungnya serasa berhenti berdetak, matanya serasa enggan berkedip, dan bibirnya kelu seakan enggan berucap. Sedikit demi sedikit Bella mulai menghampiri objek yang menjadi pusat perhatiannya beberapa menit yang lalu. Hanya sekedar memastikan bahwa matanya tidak salah mengartikan. semakin Bella mendekat, semakin jelas Bella meyakinkan dirinya tidak salah lihat. Dan Dimas hanya mengikuti langkah kecil Bella menuju objek itu.

"Bima ?" Panggil Bella lirih.
"Bella ?" jawab Bima kaget.
"Selamat ya." ucap Bella singkat dengan suara yang sedikit bergetar. kemudian pergi seolah ingin menyembunyikan air matanya di depan Bima.
"Kamu sudah gila Bim." Ucap Dimas kemudian, sambil menepuk keras pundak Bima. Dan Berlalu mengejar Bella.

"jangan tanya apapun padaku Dim." ucap Bella singkat menatap kosong ke arah jalan.
"aku akan mengantarmu pulang." Dimaspun seolah mengerti isi hati Bella.

sesampainya dirumah, Bella langsung menuju kamarnya dan mengabaikan mamanya yang mencoba bertanya kepadannya. setelah mengunci kamarnya, Bella terduduk di kasurnya kemudian memutar kembali ingatannya beberapa jam yang lalu. Terlihat jelas di memorinya, Bella mendapati Bima sedang bersama wanita lain. status Bima memang sudah sebagai mantan kekasih Bella, namun yang membuat Bella terluka, mengapa Bima begitu mudah melupakan Bella dan menemukan penggantinya. Mengapa Bima tidak sesulit Bella yang masih terbayang kenangan bersama. Bella merasa ini tidak adil baginya. Namun ini juga bukan salah Bima sepenuhnya. Bella hanya terdiam dan membiarkan butiran-butiran air mata terus menetes. hingga akhirnya pagi datang menyapanya.

"Jalan-jalan yuk." Pinta dimas di seberang sana.
"kemana dim ? aku capek banget hari ini." balas Bella tidak bersemangat.
"pantai." jawab Dimas singkat.
"uhm..."
"di jamindeh capeknya ilang." tambah dimas.
"gimana ya dim, aku mau nemenin mama ke pasar. iyaa. kemaren mama minta tolong ke aku." Balas Bella seadanya.
"aku jemput jam 4 sore ya." jawab Dimas seraya menutup teleponnya.

kemudian teleponnya ditutup. Hari ini memang hari libur buat Bella. karena tidak ada jadwal untuk ke kampus. sebenarnya Bella hanya ingin berdiam diri di kamar. karena buat dia, inilah salah satu cara buat dia bisa mengais kenangan bersama Bima. walaupun itu justru menyakitinya. namun dia juga tidak mampu menolak Dimas yang mencoba mengajaknya untuk pergi. Bella tahu, Dimas hanya ingin membuat Bella melupakan sejenenak masalahnya. Hingga senjapun datang.

"huhhh, capekk dim" ucap Bella setelah lelah berlarian di pantai.
"istirahat dulu Bell." pinta Dimas.

kemudian mereka duduk beralaskan pasir putih pantai dan menatap lurus menantang senja. hening seketika. untuk beberapa detik mereka terdiam satu sama lain.

"makasih ya dim, udah ngajak aku kesini." Ucap Bella memulai percakapan.
"iya Bell. aku rasa cuma ini yang bisa aku kasih buat kamu untuk saat ini." Balas Dimas.
"Kenapa harus aku ya dim, kenapa harus ngerasa sesakit ini, kenapa harus ada rasa itu, dan kenapa harus berakhir seperti ini." terdengar suara Bella yang mulai bergetar.
"Ikhlas ya Bell. Emang dikasih jalannya kaya gini dulu." Dimas mencoba menenangkan.
"seharusnya aku nggak boleh sedih lihat dia menemukan kebahagiaannya. tapi aku nggak bisa berpura-pura baik-baik saja lebih lama lagi." Kata Bella lirih dengan meneteskan air mata.
"Bantu aku move on ya bim." tambah Bella singkat sambil menghapus air matanya dan mulai beranjak berlari ke pantai lagi.
"..." Dimas hanya terdiam dengan segala pikiran di otaknya.

Enam bulan kemudian, kehidupan Bella sudah berubah total. Bella menjadi pribadi yang baru. dan kini ada Dimas disampingnya. Dimas memang selalu ada buat Bella, dan akhirnya Bella memutuskan untuk menerima niat Dimas untuk serius dengannya. Beberapa minggu ini, Bella dan Dimas akan melangsungkan pertunangan. ini semua sudah dipikirkan matang-matang. dan setelah Bella lulus kuliah, Dimas akan segera menikahinya. Dan Dimas Berhasil membuat Bella berangsur-angsur membangun kehidupan yang beru pasca kejadian itu. Hingga semuanya harus menjadi sulit lagi.

"aku mencintaimu Bella." Ucap seorang lelaki di seberang telepon.
"..." Bella terdiam ketika dia mengenali suara siapa itu.
"Aku menyayangimu, kembalilah padaku." tambah lelaki itu lagi yang tidak lain adalah Bima. dia kembali setelah sekian lama membiarkan puing-puing hati Bella tercecer.
"Bim, bim.. bima..." Ucap Bella lirih tidak percaya dengan suara yang dikenalnya itu.
"Kembalilah kepadaku."
"..." Bella terdiam.
"Aku mencintaimu." Tambah Bima.
"..." Bella Masih Terdiam.
"Nanti malam di taman kota ya, aku menantimu. sampai kamu datang. tidak peduli sampai pagipun aku akan menantimu." Bima terdiam sejenak
"Aku menyayangimu Bell." tambahnya kemudian teleponnya terputus.

Bella terdiam dalam kegundahan hati, dia tidak tahu harus berbuat apa. ditengah persiapannya untuk melangsungkan pertunangan, Bella harus membiarkan masa lalunya kembali. masa lalunya yang tidak pernah benar-benar hilang dari kehidupannya. masa lalu yang masih ada di sudut hati itu, entah dimana. dan dia kembali seolah semua baik-baik saja setelah semuanya berakhir. ini bukan hal yang mudah buatnya. hingga malam itupun datang. dan Bella mengambil jalan itu.

"Kamu datang juga Bell." Ucap Bima setelah mendapati Bella menghampirinya.
"gimana kabarmu ?" Tanya Bella langsung sambil duduk di sebelah Bima.
"Baik." jawab Bima singkat.
"kamu gimana ?" tambahnya.
"sama." Balas Bella singkat.
"Syukurlah, aku merindukanmu Bell." Ucap Bima sambil menatap mata Bella seolah meyakinkan.

Tanpa sepengetahuan mereka, Dimas yang hendak pergi mengunjungi calon tunangannya mendapati mereka berdua sedang duduk bersama di taman kota. sudah pasti Dimas merasa sakit. namun Dimas memeutuskan hanya menyimpannya, dan kemudian menyerahkan kehendak hati Bella. sekalipun kelak akan melukainya. Dimas yang tidak ingin semakin lama terluka melihat mereka berdua, memutuskan untuk menjauh, semakin menjaud dan pergi. Dimas memang sudah cukup lama mengenal Bella, terlebih dia juga sempat memendam rasa sejak lama namun tidak pernah tersampaikan. hingga saatnya tiba, ketika Dimas menjadi satu-satunya hal yang menjadi kebahagian Bella dalam sekejap. Kini dia tidak berharap banyak. yang dia ingin hanya kebahagiaan Bella.

waktu semakin berjalan, semakin cepat dan semakin menuju puncak jawaban atas segala teka-teki. Pertungan Dimas dan Bella sudah berlangsung sejak dua minggu yang lalu. Bella tahu dia masih menyimpan Bima dihatinya, namun Dimaslah memiliki hatinya seutuhnya. bukan Bima lagi.

"cepet lulus ya sayang." ucap Dimas sambil mengacak-acak rambut tunangannya.
"idihh, sabar napa. bantuin nyekripsi ya." balas Bella.
"gampang, ga inget IPK ku cumlaude kemaren." Dimas tak mau kalah.
"iya deh yang cumlaude." ucap Bella menciut.
"satu semester lagi. pasti bisa sayang." kata Dimas penuh semangat.
"Aku menyayangimu." tambahnya sambil mengecup kening Bella.
"Iya sayang. aku juga demikian." Balas Bella kemudian memeluk tunangannya tersebut.
"terimaksaih sudah memilihku." Kata Dimas.
"..." Bella terdiam dan berucap dalam hati. semua karena kamu begitu sabar menghadapiku. semua karena kamu membantu waktu berjalan cepat. dan semua karena keadaan yang membawa kita seperti ini. Aku memang masih menyimpan Bima di sudut hatiku, namun kini Hatiku sudah milikmu seutuhnya. jadi kamulah yang berhak mengisinya dengan kasih sayangmu. bukan orang lain.
"Jaga hatiku ya dim, jangan kau lukai." ucap Bella lirih dalam pelukannya.
"..." Dimas terdiam dan menjawabnya dengan semakin mengeratkan pelukannya.

4 komentar:

  1. good.....! like it...kembangkan biar bisa jadi sebuah novel ya!

    BalasHapus
  2. Amiiinn. doakan saja :D

    BalasHapus
  3. apa ini...:D

    BalasHapus
  4. ini namanya cerpen :D kasih komen dong, biar bisa evaluasi. :D

    BalasHapus