Sosok ini, memang
tidak pernah terlepas dari pandangan.Sosok inilah yang selalu membuat saya
tercengang seketika. Entah mengapa ketika melihat beliau dengan sendirinya mata
ini tidak dapat terlepas darinya. Hanya ingin terus mengawasi setiap langkah
beliau.
Kursi roda itu, tak
pernah lelah menuntunnya melewati koridor kampus. ruangan demi ruangan
terlewati. Namun tidak pernah menyurutkan niatnya untuk terus membagi ilmunya.
Bagi beliau, ilmu adalah amanat yang harus disampaikan kepada yang berhak. Dan
bagi beliau menyampaikan amanat itu adalah kewajibannya, tanpa alasan apapun
lagi.
Beliau memang tidak
sesempurna kita, beliau harus menjadi sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang
terlihat tidak seperti pahlawan-pahlawan lainnya. Kursi roda dan terkadang tongkat
penyangga senantiasa mendampinginya dalam mengemban tugas mulia. Beliau sadar,
beliau bukan sosok yang memiliki kesempurnaan. Namun dibalik
ketidaksempurnaannya, beliau tidak ingin merepotkan orang lain. Bahkan ketika
beliau harus tertatih-tatih berjalan untuk mengambil sebuah spidol yang
terjatuh ketika perkuliaan sedang berlangsung. Beliau sama sekali tidak ingin
merepotkan orang lain, sekalipun itu adalah mahasiswanya sendiri. Yang beliau
tahu, selama beliau mampu mengerjakannya sendiri, beliau tidak akan meminta
bantuan dari orang lain. Namun semangat beliau tidak pernah pudar, meski
langkahnya kadang gemetar tertatih-tatih. Belau tetap setia menjalankan
amanatnya. Tetap berjuang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa dengan keikhlasan
dan ketulusan.
Bagaimana dengan
kita, yang mungkin terlahir dengan keadaan sempurna tanpa kekeurangan suatu
apapun. Tidakkah kita harus berfikir ulang untuk kembali mensyukuri nikmat Sang
Maha Kuasa yang tiada henti. Belajarlah menghargai ketidaksempurnaan seseorang,
karna sesempurnanya kita sebagai makhluk. Kita hanya butiran pasir di mata Sang
Pencipta. Berhentilah mengeluh, karena keluhan itu tidak akan mengubah
keadaanmu sedikitpun, tanpa disertai penghargaan atas suatu proses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar