03/12/12

Illucious (Eps 1)

Dania masih terpaku memandangi layar laptopnya. Tanpa dia sadari waktu telah menunjukkan tepat pukul satu dinihari. Matanya masih fokus menatap layar dan jari-jari lentiknya semakin cepat menari-nari pada papan keyboardnya. Sunggingan senyum bahkan tawa lembut hingga tawa yang hampir memecahkan gendang telingapun dia lontarkan. Kemudian terdengar suara gagang pintu kamarnya yang terbuka.

“Dania, kok belum tidur ?” Tanya wanita setengah baya yang tidak lain adalah Mama Dania.
“Ehm, ini Nia lagi ngerjain tugas ma.” Jawab Dania seraya memainkan mouse yang tersambung pada laptopnya.
“Tidur dulu, tugasnya dilanjutkan besok pagi saja.” Ucap Mama Dania sambil menghampiri putri bungsunya itu.
“Iya ma, ini juga sudah selesai kok.” Dania mancari alasan.
“Baiklah, mimpi indah sayang.” Sambil mengecup kening putrinya.
“Iya mama.” Balas Dania singkat kemudian kembali fokus pada laptopnya tanpa menghiraukan mamanya yang berlalu seiring tertutupnya pintu kamar Dania.
Jemari Dania semakin lihai memainkan keyboard laptopnya, semakin lama semakin menyenangkan. Dania memang berbohong kepada mamanya, dia tidak sedang mengerjakan tugas melainkan sedang asik bermain-main dengan imajinasinya dengan dunianya yang semu, dunia yang tidak nyata, dunia yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.
                                                            ***

Jam tujuh tepat ! Dania melompat dari angkutan kota yang mengantarkannya menuju salah satu sekolah di tengah kota. Dania terlihat bersusah payah berlari menuju gerbang sokolah yang hendak ditutup oleh salah seorang satpam. dania mencoba menahannya, dan berhasil.

“Kamu lagi !!” Ucap singkat satpam sedikit kesal.
“Besok nggak lagi deh Pak.”Balas Dania singkat kemudian berlalu menuju kelasnya.
Jam pertama, Dania harus bertemu dengan pelajaran matematika. Pelajaran yang membuatnya malas dan memilih untuk tidur di dalam kelas. Dini hari tadi, dania hanya tertidur kurang dari lima jam. Dan itu membuat kepala Dania pusing. Hingga suara teman sebangkunya pun mengagetkannya.
“Nia, Bangun.!!” Sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dania yang tetelungkup di bangku.
“Apaan sih Din.” Dania mencoba mengabaikannya.
“Itu dipanggil Pak Sartono suruh ngerjain soal kedepan kelas.” Jelas Andin teman sebangku Dania.
“...” Dania tertidur lagi, dan menghiraukan Andin.
“DANIA !” Panggil Pak Sartono tepat di sebelah bangku dimana Dania tertidur. Sukses membuat Dania tersentak dan seluruh kelas mendadak hening seketika.
*****

“Kamu sudah gila ya Nia, bisa-bisanya tidur di kelasnya Pak Sartono.” Gerutu Andin setelah jam pelajaran berakhir.
“Aku kan paling nggak suka matematika Din, Tahu sendiri lah.” Bantah Dania seraya meneguk air mineral di depannya.
“Iya, tapi yang tadi itu parah Nia. Besok kalo sampe orang tuamu dipanggil baru tau rasa.” Andin mencoba memberi pengertian. Dengan mengingat memori otak beberapa jam yang lalu. Dimana Dania harus dikeluarkan dari kelas dan diberi peringatan untuk tidak mengulanginya lagi.
“iya bawel.” Balas Dania singkat.
“Emangnya kamu begadang lagi ya Nia?” Tanya Andin sambil mengalihkan topik bahasan.
“Hahaha, Aku diajakin ketemuan sama si Mister Adromeda.” Jawab Dania sedikit menaikan nada suaranya.
“Kopi Darat gitu, terus kamu mau ?” Tanya Andin lagi.
“Iya, kenapa harus nolak.” Jawab Dania bersemangat.
“Bukannya dia orang yang belum kamu kenal, itu resikonya tinggi Nia.” Andin terlihat khawatir dengan keputusan sahabatnya tesebut.
“Tenang aja. Aku bisa jaga diri kok.” Dania membela diri.
“...” Andin tidak berkomentar, dia sudah cukup terbiasa menghadapi sahabatnya yang keras kepala itu.
*****

Dunia Dania seketika berubah sejak beberapa bulan lalu mengenal salah satu social network yang banyak orang menyebutnya twitter. Dalam beberapa minggu saja Dania mampu menemukan kenyamanan dalam menggunakannya. Beberapa teman baru, pengetahuan baru, dan banyak hal baru dia temukan dengan berimajinasi dalam dunia maya. Hingga pada akhirnya Dania berkenalan dengan salah satu followersnya. Dania biasa memanggilnya Adromeda.  Dua bulan belakangan ini, mereka semakin akrab saja. Dalam perkenalannya, Adromeda mengaku sebagai salah satu mahasiswa tingkat akhir pada salah satu peguruan tinggi swasta. Bagi Dania, Adromeda adalah sosok dewasa yang membuatnya nyaman untuk berbagi segala hal. Termasuk kisah-kisah pribadinya. Ini yang membuat Dania merasa aman dan memutuskan untuk menerima tawaran Adromeda untuk bertemu.
Dania terlihat sedang merapikan pakaiannya. Dia menggunakan celana jins dan t-shirt bewarna senada. Cukup cansual, kemudian Dania keluar kamar dan bergegas menuju garasi yang terletak di depan samping rumahnya. Dania melompat diatas motor matic kesayangannya. Namun terdengar panggilan suara yang tidak asing memanggilnya.
“Mau kemana Nia ?” Tanya mama Dania yang merupakan sumber dari suara iitu tadi.
“Ini Ma, Dania mau mengerjakan tugas kelompok.” Jawab Dania cepat, seolah sudah menyiapkan jawaban ini untuk melegakan pertanyaan dari Mamanya.
“Dimana ?” Tanya Mamanya lagi seolah belum puas dengan jawaban Dania sebelumnya.
“Dirumah Andin Ma, temen sebangku Nia di sekolah.” Jawab Dania tanpa ragu.
“Yasudah, hati-hati sayang. Jangan pulang malam-malam.” Pinta Mama Dania sepenuh Hati.
“Siap Mama, Dania berangkat dulu.” Dania langsung menjalankan motornya dengan cepat seolah takut membuat Adromeda kecewa menunggunya terlalu lama.
*****

Setelah hampir satu jam Dania memacu motornya melintasi jalanan macet yang membuatnya bekeringat, sampailah dia pada salah satu pusat perbelanjaan yang selalu terlihat ramai dengan pengunjung. Dania memarkirkan motornya kemudian bergegas mengambil handphonenya dan terkejut mendapati lima panggilan tidak terjawab dari Adromeda. Dengan cepatnya Dania menekan tombol paling kanan di handphonenya dan menelpon kembali.
“Dimana Da ?” Tanya Dania cepat dengan panggilan sapaannya pada Adromeda.
“Di foodcourt lantai tiga.” Balas Adromeda singkat.
“Oke, aku kesana.” Jawab Dania seraya mematikan panggilannya.
Dania berjalan cepat menyusuri bagian demi bagian dari pusat perbelanjaan tersebut. Hingga membuatnya sulit bernafas. Sepuluh menit kemudian sampailah dia pada tempat dimana Adromeda menunggu. Kemudian Dania merogoh kembali kantong tasnya mencari-cari handphonenya. Tanpa disadari ada tangan yang menepuk pundaknya.
“Dania ?” Tanya seseorang dengan suara yang tidak asing bagi Dania.
“Meda ?” Tanya Dania balik seolah mengenali suara itu yang tidak lain adalah Adromeda seraya menengok menatap Adromeda dengan seksama. Untuk beberapa detik mereka terdiam dan saling memandang satu sama lain. Hingga Dania tersadar dari lamunannya dan mencoba mencairkan suasana.
“Maaf terlambat.” Ucap Dania mencoba memulai percakapan.
“Aku sudah tahu kebiasaanmu. Nggak di sekolah, nggak latihan basket bukankah kamu selalu terlambat.” Balas Meda seolah sudah sangat mengenal Dania.
“Idihhh.” Jawab Dania dengan meninju perut Meda dengan tidak terlalu keras namun cukup membuat Meda meringis.
Keduanya memulai pertemuan mereka dengan menuju salah satu stand makanan jepang  untuk mengisi perut mereka yang sejak tadi menahan rasa lapar. Mereka yang sejak awal sudah akrab tidak merasa canggung sedikitpun untuk berbagi cerita, tersenyum, bahkan tertawa bersama-sama.
“Ke pantai yuk.” Ajak Meda setelah selesai menyantap makanannya.
“uhuk uhukkk.” Dania tesedak kaget mendengar ajakan Meda, dan Dengan cepat Meda menyodorkan minumannya pada Dania.
“Nggak usah kaget gitu bisa kan.” Sindir Meda  dengan sedikit sunggingan senyum manis dari sudut bibirnya.
“siapa juga yang kaget.” Dania membela diri dengan sedikit menahan malu bercampur kagum melihat senyuman manis laki-laki didepannya ini.
“Nggak usah kagum gitu bisa kan. Aku emang dari lahir sudah ganteng.” Balas Meda dengan sindiran lagi.
“Idihh.” Jawab Dania dengan sedikit salah tingkah dan muka yang merah.
“Nggak usah salah tingkah gitu bisa kan.” Lagi-lagi Meda menyindirnya seolah suka melihat ekspresi Dania yang salah tingkah menahan malu sambil sedikit terkekek menahan tawa.
*****
To be Contiue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar