Waktu sudah menunjukan
pukul enam sore. Mama Dania yang dari tadi menunggu anaknya pulang kini sudah
mulai khawatir tidak ada kabar dari putri bungsunya. Sejak jam lima sore mama
Dania sudah mencoba menghubungi Dania, namun handphonenya tidak aktif. Dan
terus menunggu kabar dari putrinya tersebut, hingga akhirnya memutuskan untuk
menghubungi Andin yang merupakan satu-satunya teman Dania yang sering main
kerumah Dania. Dan tidak lain tempat Dania mengerjakan tugas kelompok.
“Halo, nak Andin ?”
Tanya Mama Dania dengan suara lirih.
“iya tante, ada apa ya
?” Jawab Andin dengan tenang seolah tidak tahu apa-apa.
*****
Beberapa jam kemudian,
jam sembilan lebih Dania memasukan motornya kedalam garasi. Mendapati mobil
ayahnya sudah terparkir di dalam. Dania sudah menyiapkan beberapa jawaban atas
semua kemungkinan pertanyaan yang akan muncul nanti. Dania melangkahkan kakinya
dengan perlahan menaiki tangga menuju kamarnya dengan perasaan campur aduk. Dia
melihat ruang keluarga sudah kosong, dan dan terlihat lampu tidur yang menyala
dari kamar kedua orang tuanya. Dania sedikit bernafas lega, dengan senyum tipis
mulai memasuki kamarnya, dan menyalakan lampu kamarnya. Kemudian terkejut
mendapati mamanya duduk di atas ranjang mungil di kamarnya.
“Kenapa bohong sama
mama.” Tanya Mamanya langsung pada topiknya.
“Bohong apanya ma.”
Balas Dania sedikit gemeteran kaget dengan pertanyaan mamanya.
“Sudah berani berbohong
sekarang, apa mama pernah mengajarimu berbohong.” Ucap mamanya lirih terlihat
sangat terluka mengetahui anaknya berbohong.
“Dania pulang
kelompokan kok ma. Tadi Mama Andin minta Nia makan malam disana sekalian.
Makanya Nia pulang terlambat.” Jawab Dania mempertahankan alasannya terlambat.
“Mama tadi menelpon
Andin.” Ucap Mama dania semakin lirih seolah ingin meneteskan air mata.
“....” Dania menelan
ludah, terdiam tidak ingin membuat mamanya lebih terluka lagi dengan
kebohongan-kebohongannya.
*****
Beberapa hari setelah
kejadian itu, Dania mulai mengurangi interaksi dengan Meda. Hal ini tentu
membuat Meda bertanya-tanya kesalahan apa yang telah dia dilakukan.Dania juga
semakin jarang berkicau di twitter. Meda mencoba meminta penjelasan kepada Dania.
Siang itu, matahari
terlihat sedang terik-teriknya. Dania melangkah gontai keluar gerbang sekolah.
Dengan ransel merah di pundaknya, berjalan dengan menundukan kepala menuju
tempat dimana dia sering menanti
angkutan yang biasa membawanya pulang. Sebelum angkot itu datang, Dania
dikejutkan dengan motor sport berwarna biru yang berhenti tepat didepannya.
Dania mengenalinya kemudian tercekat.
“Makan Eskrim yuk.”
Ajak Meda seraya turun dari motornya dan mengenakan helm pada Dania kemudian
meraih tangan Dania unuk ikut dengannya.
“...” Dania masih
terdiam dengan keterkejutannya. Dan menuruti keinginan Meda begitu saja.
Meda melajukan motornya
menuju suatu tempat yang cukup asing bagi Dania. Namun entah mengapa, seolah
enggan memberontak Dania semakin mengeratkan pegangannya di pinggang Meda.
Padahal pikirannya sedang kalut mendapati nilai-nilainya semakin merosot dan
kepala sekolah mengirimkan surat pemanggilan wali murid kepada orang tuanya.
Dania tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya ingin sejenak melupakan segalanya
kemudian menikmati kebersamaanya dengan Meda.
*****
Jarum jam menunjukan
pukul empat sore, Mama Dania mulai khawatir mendapati kamar Dania masih kosong.
Dania adalah anak terakhir dari dua bersodara, kakaknya sudah berkeluarga dan
kini tidak lagi tinggal bersama kedua orangtuanya. Disela-sela menanti anaknya
pulang terdengar suara bel rumah berbunyi. Dengan sigapnya membuka pintu rumah
dan melihat salah seorang utusan dari sekolah Dania mengantarkan surat yang
cukup asing baginya. Setelah tamu itu pulang, kemudian dengan penasaran Mama
Dania membuka segelan amplop cokelat itu dan membaca isinya. Dan isinya
mengagetkan, sesuai dengan isi pikiran Dania yang sekarang entah kemana bersama
Meda. Ini membuat pikiran Mama Dania semakin berat, ditambah dengan penyakit
hipertensi yang sudah lama dideritanya.
*****
Jam sepuluh malam
tepat. Dania melangkahkan kakinya di halaman rumah. Mencoba masuk namun
mendapati pintu rumahnya terkunci. Kali ini keadaan rumahnya tidak seperti
biasanya, lampu beranda rumah belum dinyalakan dan tidak mendapati mobil
ayahnya di garasi. Kemudian dania melangkahkan kaki lagi keluar gerbang
rumahnya, dan menghampiri penjual angkringan didepan rumahnya.
“Buk, kok rumah saya
gelap-gelapan ya. Apa mama sama ayah saya sedang pergi ?” tanya dania langsung.
“oh, mbak Dania dari mana
saja. Mama mbak tadi masuk rumah sakit. Tadi tetangga sebelah yang nolongin, Ayah mbak tadi belum pulang
soalnya.” Jawaban ibu penjualnya dengan perasaan bersalah.
“...” Dania terdiam dan
langsung mencari handphonenya didalam ransel. Setelah menemukannya Dania
mendapati beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan singkat. Dania baru sadar
ketika bersama Meda, dia mengabaikan handphonenya. Dania meneteskan airmata
kemudian tertunduk lesu seketika bersimpuh di depan angkringan tersebut.
*****
Ruang ICU rumah sakit
Kasih Bunda, Mama Dania terlihat pucat dengan selang pembantu pernafasan yang
menempel di hidungnya. Keadaanya kritis, dan diagnosa dokter adalah gejala
stroke yang sudah cukup parah. Dania tidak berani masuk untuk melihat lebih
dekat keadaan Mamanya. Dania terdiam terpaku dengan bibir yang seolah terkunci.
Ayah Dania terlihat tertidur di samping istri tercintanya. Dania malu, mengapa
dia bisa sebegitu jahatnya hingga melukai perasaan kedua orangtuanya. Dania
menangis tersedu-sedu di depan ruang ICU, dia menyesal karena kenakalannya
semua ini terjadi. Sejak dunia yang memunculkan asa itu ada, sejak Adromeda
hadir dan sejak dunia penuh kepalsuan itu memporak-porandakan hidupnya. Dan
penyesalan itu sudah terlambat. keesokan paginya, Dania menangis tiada henti
diatas gundukan tanah pemakaman yang masih basah. Dania seolah tidak ingin
melihat ini semua, menghadapi ini semua, dan semua ini terasa seperti mimpi.
Andai saja ini bagian dari skenario dunia maya yang bisa dia atur sesuka
hatinya. Seandainya ini hanya sebuah mimpi yang bukan nyata. Namun ini adalah
kenyataan, dan dengan cara apapun tidak akan pernah mengembalikan Mama Dania
kembali. Kembali dengan sunggingan senyum dan nasihat-nasihat baginya lagi.
The End
Request Cerita Horror Dong
BalasHapusgda komen lain apa -_____-
BalasHapusgmana-gmana tulisanku :D