05/12/12

Illucious (Eps Terakhir)

Waktu sudah menunjukan pukul enam sore. Mama Dania yang dari tadi menunggu anaknya pulang kini sudah mulai khawatir tidak ada kabar dari putri bungsunya. Sejak jam lima sore mama Dania sudah mencoba menghubungi Dania, namun handphonenya tidak aktif. Dan terus menunggu kabar dari putrinya tersebut, hingga akhirnya memutuskan untuk menghubungi Andin yang merupakan satu-satunya teman Dania yang sering main kerumah Dania. Dan tidak lain tempat Dania mengerjakan tugas kelompok.
“Halo, nak Andin ?” Tanya Mama Dania dengan suara lirih.
“iya tante, ada apa ya ?” Jawab Andin dengan tenang seolah tidak tahu apa-apa.
*****

Beberapa jam kemudian, jam sembilan lebih Dania memasukan motornya kedalam garasi. Mendapati mobil ayahnya sudah terparkir di dalam. Dania sudah menyiapkan beberapa jawaban atas semua kemungkinan pertanyaan yang akan muncul nanti. Dania melangkahkan kakinya dengan perlahan menaiki tangga menuju kamarnya dengan perasaan campur aduk. Dia melihat ruang keluarga sudah kosong, dan dan terlihat lampu tidur yang menyala dari kamar kedua orang tuanya. Dania sedikit bernafas lega, dengan senyum tipis mulai memasuki kamarnya, dan menyalakan lampu kamarnya. Kemudian terkejut mendapati mamanya duduk di atas ranjang mungil di kamarnya.
“Kenapa bohong sama mama.” Tanya Mamanya langsung pada topiknya.
“Bohong apanya ma.” Balas Dania sedikit gemeteran kaget dengan pertanyaan mamanya.
“Sudah berani berbohong sekarang, apa mama pernah mengajarimu berbohong.” Ucap mamanya lirih terlihat sangat terluka mengetahui anaknya berbohong.
“Dania pulang kelompokan kok ma. Tadi Mama Andin minta Nia makan malam disana sekalian. Makanya Nia pulang terlambat.” Jawab Dania mempertahankan alasannya terlambat.
“Mama tadi menelpon Andin.” Ucap Mama dania semakin lirih seolah ingin meneteskan air mata.
“....” Dania menelan ludah, terdiam tidak ingin membuat mamanya lebih terluka lagi dengan kebohongan-kebohongannya.
*****

Beberapa hari setelah kejadian itu, Dania mulai mengurangi interaksi dengan Meda. Hal ini tentu membuat Meda bertanya-tanya kesalahan apa yang telah dia dilakukan.Dania juga semakin jarang berkicau di twitter. Meda mencoba meminta penjelasan kepada Dania.
Siang itu, matahari terlihat sedang terik-teriknya. Dania melangkah gontai keluar gerbang sekolah. Dengan ransel merah di pundaknya, berjalan dengan menundukan kepala menuju tempat dimana dia sering  menanti angkutan yang biasa membawanya pulang. Sebelum angkot itu datang, Dania dikejutkan dengan motor sport berwarna biru yang berhenti tepat didepannya. Dania mengenalinya kemudian tercekat.
“Makan Eskrim yuk.” Ajak Meda seraya turun dari motornya dan mengenakan helm pada Dania kemudian meraih tangan Dania unuk ikut dengannya.
“...” Dania masih terdiam dengan keterkejutannya. Dan menuruti keinginan Meda begitu saja.
Meda melajukan motornya menuju suatu tempat yang cukup asing bagi Dania. Namun entah mengapa, seolah enggan memberontak Dania semakin mengeratkan pegangannya di pinggang Meda. Padahal pikirannya sedang kalut mendapati nilai-nilainya semakin merosot dan kepala sekolah mengirimkan surat pemanggilan wali murid kepada orang tuanya. Dania tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya ingin sejenak melupakan segalanya kemudian menikmati kebersamaanya dengan Meda.
*****

Jarum jam menunjukan pukul empat sore, Mama Dania mulai khawatir mendapati kamar Dania masih kosong. Dania adalah anak terakhir dari dua bersodara, kakaknya sudah berkeluarga dan kini tidak lagi tinggal bersama kedua orangtuanya. Disela-sela menanti anaknya pulang terdengar suara bel rumah berbunyi. Dengan sigapnya membuka pintu rumah dan melihat salah seorang utusan dari sekolah Dania mengantarkan surat yang cukup asing baginya. Setelah tamu itu pulang, kemudian dengan penasaran Mama Dania membuka segelan amplop cokelat itu dan membaca isinya. Dan isinya mengagetkan, sesuai dengan isi pikiran Dania yang sekarang entah kemana bersama Meda. Ini membuat pikiran Mama Dania semakin berat, ditambah dengan penyakit hipertensi yang sudah lama dideritanya.
*****

Jam sepuluh malam tepat. Dania melangkahkan kakinya di halaman rumah. Mencoba masuk namun mendapati pintu rumahnya terkunci. Kali ini keadaan rumahnya tidak seperti biasanya, lampu beranda rumah belum dinyalakan dan tidak mendapati mobil ayahnya di garasi. Kemudian dania melangkahkan kaki lagi keluar gerbang rumahnya, dan menghampiri penjual angkringan didepan rumahnya.
“Buk, kok rumah saya gelap-gelapan ya. Apa mama sama ayah saya sedang pergi ?” tanya dania langsung.
“oh, mbak Dania dari mana saja. Mama mbak tadi masuk rumah sakit. Tadi tetangga sebelah yang  nolongin, Ayah mbak tadi belum pulang soalnya.” Jawaban ibu penjualnya dengan perasaan bersalah.
“...” Dania terdiam dan langsung mencari handphonenya didalam ransel. Setelah menemukannya Dania mendapati beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan singkat. Dania baru sadar ketika bersama Meda, dia mengabaikan handphonenya. Dania meneteskan airmata kemudian tertunduk lesu seketika bersimpuh di depan angkringan tersebut.
*****

Ruang ICU rumah sakit Kasih Bunda, Mama Dania terlihat pucat dengan selang pembantu pernafasan yang menempel di hidungnya. Keadaanya kritis, dan diagnosa dokter adalah gejala stroke yang sudah cukup parah. Dania tidak berani masuk untuk melihat lebih dekat keadaan Mamanya. Dania terdiam terpaku dengan bibir yang seolah terkunci. Ayah Dania terlihat tertidur di samping istri tercintanya. Dania malu, mengapa dia bisa sebegitu jahatnya hingga melukai perasaan kedua orangtuanya. Dania menangis tersedu-sedu di depan ruang ICU, dia menyesal karena kenakalannya semua ini terjadi. Sejak dunia yang memunculkan asa itu ada, sejak Adromeda hadir dan sejak dunia penuh kepalsuan itu memporak-porandakan hidupnya. Dan penyesalan itu sudah terlambat. keesokan paginya, Dania menangis tiada henti diatas gundukan tanah pemakaman yang masih basah. Dania seolah tidak ingin melihat ini semua, menghadapi ini semua, dan semua ini terasa seperti mimpi. Andai saja ini bagian dari skenario dunia maya yang bisa dia atur sesuka hatinya. Seandainya ini hanya sebuah mimpi yang bukan nyata. Namun ini adalah kenyataan, dan dengan cara apapun tidak akan pernah mengembalikan Mama Dania kembali. Kembali dengan sunggingan senyum dan nasihat-nasihat baginya lagi.

The End

2 komentar: