Dania masih terpaku
memandangi layar laptopnya. Tanpa dia sadari waktu telah menunjukkan tepat pukul
satu dinihari. Matanya masih fokus menatap layar dan jari-jari lentiknya
semakin cepat menari-nari pada papan keyboardnya.
Sunggingan senyum bahkan tawa lembut hingga tawa yang hampir memecahkan gendang
telingapun dia lontarkan. Kemudian terdengar suara gagang pintu kamarnya yang
terbuka.
“Dania, kok belum tidur
?” Tanya wanita setengah baya yang tidak lain adalah Mama Dania.
“Ehm, ini Nia lagi
ngerjain tugas ma.” Jawab Dania seraya memainkan mouse yang tersambung pada laptopnya.
“Tidur dulu, tugasnya
dilanjutkan besok pagi saja.” Ucap Mama Dania sambil menghampiri putri
bungsunya itu.
“Iya ma, ini juga sudah
selesai kok.” Dania mancari alasan.
“Baiklah, mimpi indah
sayang.” Sambil mengecup kening putrinya.
“Iya mama.” Balas Dania
singkat kemudian kembali fokus pada laptopnya tanpa menghiraukan mamanya yang
berlalu seiring tertutupnya pintu kamar Dania.
Jemari Dania semakin
lihai memainkan keyboard laptopnya, semakin lama semakin menyenangkan. Dania
memang berbohong kepada mamanya, dia tidak sedang mengerjakan tugas melainkan
sedang asik bermain-main dengan imajinasinya dengan dunianya yang semu, dunia
yang tidak nyata, dunia yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.
***
Jam tujuh tepat ! Dania
melompat dari angkutan kota yang mengantarkannya menuju salah satu sekolah di
tengah kota. Dania terlihat bersusah payah berlari menuju gerbang sokolah yang
hendak ditutup oleh salah seorang satpam. dania mencoba menahannya, dan
berhasil.
“Kamu lagi !!” Ucap
singkat satpam sedikit kesal.
“Besok nggak lagi deh
Pak.”Balas Dania singkat kemudian berlalu menuju kelasnya.
Jam pertama, Dania
harus bertemu dengan pelajaran matematika. Pelajaran yang membuatnya malas dan
memilih untuk tidur di dalam kelas. Dini hari tadi, dania hanya tertidur kurang
dari lima jam. Dan itu membuat kepala Dania pusing. Hingga suara teman sebangkunya
pun mengagetkannya.
“Nia, Bangun.!!” Sambil
menggoyang-goyangkan tubuh Dania yang tetelungkup di bangku.
“Apaan sih Din.” Dania mencoba mengabaikannya.
“Itu dipanggil Pak
Sartono suruh ngerjain soal kedepan kelas.” Jelas Andin teman sebangku Dania.
“...” Dania tertidur
lagi, dan menghiraukan Andin.
“DANIA !” Panggil Pak
Sartono tepat di sebelah bangku dimana Dania tertidur. Sukses membuat Dania
tersentak dan seluruh kelas mendadak hening seketika.
*****
“Kamu sudah gila ya
Nia, bisa-bisanya tidur di kelasnya Pak Sartono.” Gerutu Andin setelah jam
pelajaran berakhir.
“Aku kan paling nggak
suka matematika Din, Tahu sendiri lah.” Bantah Dania seraya meneguk air mineral
di depannya.
“Iya, tapi yang tadi
itu parah Nia. Besok kalo sampe orang tuamu dipanggil baru tau rasa.” Andin
mencoba memberi pengertian. Dengan mengingat memori otak beberapa jam yang
lalu. Dimana Dania harus dikeluarkan dari kelas dan diberi peringatan untuk
tidak mengulanginya lagi.
“iya bawel.” Balas
Dania singkat.
“Emangnya kamu begadang
lagi ya Nia?” Tanya Andin sambil mengalihkan topik bahasan.
“Hahaha, Aku diajakin
ketemuan sama si Mister Adromeda.” Jawab Dania sedikit menaikan nada suaranya.
“Kopi Darat gitu, terus
kamu mau ?” Tanya Andin lagi.
“Iya, kenapa harus
nolak.” Jawab Dania bersemangat.
“Bukannya dia orang
yang belum kamu kenal, itu resikonya tinggi Nia.” Andin terlihat khawatir
dengan keputusan sahabatnya tesebut.
“Tenang aja. Aku bisa
jaga diri kok.” Dania membela diri.
“...” Andin tidak
berkomentar, dia sudah cukup terbiasa menghadapi sahabatnya yang keras kepala
itu.
*****
Dunia Dania seketika
berubah sejak beberapa bulan lalu mengenal salah satu social network yang banyak
orang menyebutnya twitter. Dalam beberapa minggu saja Dania mampu menemukan
kenyamanan dalam menggunakannya. Beberapa teman baru, pengetahuan baru, dan
banyak hal baru dia temukan dengan berimajinasi dalam dunia maya. Hingga pada
akhirnya Dania berkenalan dengan salah satu followersnya. Dania biasa
memanggilnya Adromeda. Dua bulan
belakangan ini, mereka semakin akrab saja. Dalam perkenalannya, Adromeda
mengaku sebagai salah satu mahasiswa tingkat akhir pada salah satu peguruan
tinggi swasta. Bagi Dania, Adromeda adalah sosok dewasa yang membuatnya nyaman
untuk berbagi segala hal. Termasuk kisah-kisah pribadinya. Ini yang membuat
Dania merasa aman dan memutuskan untuk menerima tawaran Adromeda untuk bertemu.
Dania terlihat sedang
merapikan pakaiannya. Dia menggunakan celana jins dan t-shirt bewarna senada. Cukup cansual, kemudian Dania keluar kamar
dan bergegas menuju garasi yang terletak di depan samping rumahnya. Dania
melompat diatas motor matic kesayangannya. Namun terdengar panggilan suara yang
tidak asing memanggilnya.
“Mau kemana Nia ?”
Tanya mama Dania yang merupakan sumber dari suara iitu tadi.
“Ini Ma, Dania mau
mengerjakan tugas kelompok.” Jawab Dania cepat, seolah sudah menyiapkan jawaban
ini untuk melegakan pertanyaan dari Mamanya.
“Dimana ?” Tanya
Mamanya lagi seolah belum puas dengan jawaban Dania sebelumnya.
“Dirumah Andin Ma, temen
sebangku Nia di sekolah.” Jawab Dania tanpa ragu.
“Yasudah, hati-hati
sayang. Jangan pulang malam-malam.” Pinta Mama Dania sepenuh Hati.
“Siap Mama, Dania
berangkat dulu.” Dania langsung menjalankan motornya dengan cepat seolah takut membuat
Adromeda kecewa menunggunya terlalu lama.
*****
Setelah hampir satu jam
Dania memacu motornya melintasi jalanan macet yang membuatnya bekeringat,
sampailah dia pada salah satu pusat perbelanjaan yang selalu terlihat ramai
dengan pengunjung. Dania memarkirkan motornya kemudian bergegas mengambil
handphonenya dan terkejut mendapati lima panggilan tidak terjawab dari
Adromeda. Dengan cepatnya Dania menekan tombol paling kanan di handphonenya dan
menelpon kembali.
“Dimana Da ?” Tanya
Dania cepat dengan panggilan sapaannya pada Adromeda.
“Di foodcourt lantai tiga.” Balas Adromeda
singkat.
“Oke, aku kesana.”
Jawab Dania seraya mematikan panggilannya.
Dania berjalan cepat
menyusuri bagian demi bagian dari pusat perbelanjaan tersebut. Hingga
membuatnya sulit bernafas. Sepuluh menit kemudian sampailah dia pada tempat
dimana Adromeda menunggu. Kemudian Dania merogoh kembali kantong tasnya mencari-cari
handphonenya. Tanpa disadari ada tangan yang menepuk pundaknya.
“Dania ?” Tanya
seseorang dengan suara yang tidak asing bagi Dania.
“Meda ?” Tanya Dania
balik seolah mengenali suara itu yang tidak lain adalah Adromeda seraya
menengok menatap Adromeda dengan seksama. Untuk beberapa detik mereka terdiam
dan saling memandang satu sama lain. Hingga Dania tersadar dari lamunannya dan mencoba
mencairkan suasana.
“Maaf terlambat.” Ucap
Dania mencoba memulai percakapan.
“Aku sudah tahu
kebiasaanmu. Nggak di sekolah, nggak latihan basket bukankah kamu selalu
terlambat.” Balas Meda seolah sudah sangat mengenal Dania.
“Idihhh.” Jawab Dania dengan
meninju perut Meda dengan tidak terlalu keras namun cukup membuat Meda
meringis.
Keduanya memulai
pertemuan mereka dengan menuju salah satu stand makanan jepang untuk mengisi perut mereka yang sejak tadi
menahan rasa lapar. Mereka yang sejak awal sudah akrab tidak merasa canggung
sedikitpun untuk berbagi cerita, tersenyum, bahkan tertawa bersama-sama.
“Ke pantai yuk.” Ajak
Meda setelah selesai menyantap makanannya.
“uhuk uhukkk.” Dania
tesedak kaget mendengar ajakan Meda, dan Dengan cepat Meda menyodorkan
minumannya pada Dania.
“Nggak usah kaget gitu
bisa kan.” Sindir Meda dengan sedikit
sunggingan senyum manis dari sudut bibirnya.
“siapa juga yang
kaget.” Dania membela diri dengan sedikit menahan malu bercampur kagum melihat
senyuman manis laki-laki didepannya ini.
“Nggak usah kagum gitu
bisa kan. Aku emang dari lahir sudah ganteng.” Balas Meda dengan sindiran lagi.
“Idihh.” Jawab Dania
dengan sedikit salah tingkah dan muka yang merah.
“Nggak usah salah
tingkah gitu bisa kan.” Lagi-lagi Meda menyindirnya seolah suka melihat
ekspresi Dania yang salah tingkah menahan malu sambil sedikit terkekek menahan
tawa.
*****
To be Contiue